Salafi Mendewasakan Diri Setelah Mengakhiri Perdebatan Panjang
Mendewasakan Diri Setelah Mengakhiri Perdebatan Panjang
Era hancurnya friendster mengalihkan manusia ke sosial media baru, sebut saja facebook. Disini facebook mempunyai fitur yang kurang lebih sama dengan FS, cuma dia waktu ada fitur tambahan berupa chatt. Jadi pengguna lebih mudah berinteraksi.
Setelah bergabung di FB, saya mencari teman-teman sekolah dl. Ahay.. ketemu dengan mereka serasa bisa reonian, clbk, bertukar informasi dll..
Beberapa bulan pertemanan semakin bertambah lebih dari seribuan (mungkin yg baca ini ada yg belum punya FB ) . Akhirnya bermunculanlah akun berkunyah Abu Abu Abu... hingga muncul group-group salafi underground semacam "Salafi Independent" yang digawangi abu amira, sama si parmin bocor alus.
Jujur waktu itu saya masih lucu ehm lugu maksud saya. Saya g habis pikir mereka menyerang berbagai arah g peduli awam atau dah ngaji. Si Abu Amira dan si Parmin memang sebagai duo seleb sosmed tiada duanya
Entah apa tiba-tiba saya menjadi prihatin, ketika ada status provokasi yg jadi perdebatan panjang "seingat saya" status itu mentabdi' seorang ustadz. Lalu saya langsung ikut komentar kurang lebih,
"Akhi.. kalian salafi? ilmu dan hujjah kalian memang hebat, tapi sayang akhlak kalian g ada cerminannya..."
"Saya bisa membuktikannya kalau dakwah salafi sekarang hanya omdo saja, sekarang kalian datang ke tempat pengungsian korban merapi di lapangan Mahguwo dan cari satu saja relawan salafi.. kalau ada hebat !!"
"Kalau g ada...cari saja yg tampilannya seperti salafi pakai jubah..!!"
Boro-boro... komentar saya malah ditanggapi, merapi meletus karena kesyirikan mereka, zindiq mbah marijan, warganya banyak tahayul g pantes dibantu.
Dan ada juga yang ngeles, "memang mau bantu harus laporan dulu sama ente"
Dan nyatanya berhari-hari saya di Mahguwo waktu itu, mana ada komunitas salafi yang datang bantuin.
Dan memang dulu salafi terkesan eksklusif, kalau bukan dr golongannya enggan membantu. Padahal harokah-harokah lain sudah berkibar dengan dakwah di pelosok-pelosok dengan mendirikan berbagai program tanpa memandang orang latar belakang budaya dan "keawaman" masyakarat.
Kini...lain dulu lain sekarang, semakin kompleknya ruang gerak dakwah datang belakangan Peduli Muslim atau yg semisalnya sebagai jawaban Ikhwan salafi mulai mendewasakan diri (selamat bro, melalui proses panjang). Dan mungkin kalau ada oknum salafi yang masih "paranoid" akan menjadi bahan tertawaan harokah-harokah lain.
Comments
Post a Comment