Kenapa Selalu Berpikiran Negatif?

Kenapa Mendahulukan Su'udzon?


Manusia makhluk sosial yang mau tidak mau kudu interaksi dengan orang lain. Wong, dunia ini isinya berbagai macam bangsa, watak, agama. dalam agama itu juga berbagai macam golongan. Kalau secara umum, contoh kecil bisa kita lihat di pasar-pasar itu.

Mungkin... (ini mungkin loh ya) karena penulis pernah merasakan fase ini sekaligus mengamati dari orang-orang. Kenal ngaji bukannya berpikiran luas, tapi malah sempit dan piktor.

Dulu, mungkin (ini mungkin loh ya) sebelum kenal ngaji kita melihat orang lain biasa saja. Walaupun dia pakai jilbab ataupun enggak, prasangka kita biasa saja.. iya biasa saja. Orang mau jenggotan atau enggak "biasa saja", orang isbal "biasa saja" kita memandang.

Tapi setelah kenal "ngaji" tiba-tiba pola pikir itu berubah menjadi sebuah penghakiman atau mungkin belum kenal kaidah 'udzur bil jahlin jadi memandang manusia seperti kaca mata kuda. Karena dl dalam fase ini sayapun pernah tidak mau makmum kepada orang yg qunut

Penilaiannya otak kita pada orang lain saat ini bisa ditebak hanya dengan kasus sederhana, "Cobalah Anda masuk ke masjid kemudian ada orang dzikir pakai tasbih, lalu pikiran anda seperti apa?" atau

,"Ada wanita tanpa jilbab lewat di depan Anda, apa yg akan Anda pikirkan?"

Mungkin kalau mindsetnya dah vonis/penghakiman, orang-orang diatas g bakalan selamat dari perolehan "kapling surga" aka cap ahlul bidngah aka ahlun nar

Masalahnya apakah kita sudah menegakkan hujjah disana, sehingga belumpun vonis sudah jatuh kepada mereka?

Itulah kenapa otak kita selalu mendahulukan "persangkaan negatif" ketimbang "persangkaan positif" pada orang lain? Apa mungkin sudah jarang orang jujur sehingga kalau orang asing bertamu kita sudah curiga duluan "jangan-jangan sales, jangan-jangan pengemis, jangan-jangan pencuri" padahal tukang tagih listrik :v

Memang agak susah memprioritaskan khusnudzon kita pada sosok orang yang baru dikenal.

Contoh kecil lagi yg saya dapati saat saya berangkat kerja melewati jempatan di sekitar Plemburan DIY. Tiap pagi selalu berpapasan dengan seorang wanita TIDAK pakai jilbab dengan membawa tas dan selalu memainkan tablet. Beliau ini sering berjalan kaki, kadang bersama anaknya...tak tahunya beliau ini seorang PRT yg kerja di sekitar perumahan.

Saya sempat gimana... ya.. sedikit su'udzun dlm hati ,"ehmm.. hebat nih pembantu bawaannya gadget ckckckck" dan segudang rayuan setan agar selalu "berpikiran negatif" kepada wanita ini (maaf, bukan pikiran mesum)

Saya berusaha menepis apa yg saya pikirkan selama ini tentang dia salah, "Ayoolah, bangun pikiran positif...jangan sungudzon terus"

Alhamdulillah, Allah tampakkan sisi lain tentang beliau...

Suatu hari saya mampir sholat di masjid sekitar daerah itu, setelah dari kamar mandi yg agak jauh saya melihat seorang wanita menuju kotak infaq dan memasukkan beberapa lembar uang ke sana...masya Allah.. saya kaget ternyata beliau wanita yg sering saya temui dijalan itu. Dan lebih takjubnya ternyata tas yg kadang dibawa itu berisi mukena/rukuh..

Betapa tidak trenyuhnya saya, ternyata beliau tidak pelit menyumbangkan hartanya untuk infaq..

"Seribu kebaikan takkan tampak bagi jiwa-jiwa yg hasad"

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Istri Selingkuh Saat Suami Bekerja, Petaka SMS dengan Lawan Jenis

Cerita Hot Bu Guru dengan Muridnya

Oknum Ustadz Menggoda Istri Orang