Kisah Pernikahan Islami, Nikah Barokah yang Bernilai Dakwah
Kisah Pernikahan Seorang Kader Dai
Seorang wartawan yang meliput pernikahan mubarakah (pernikanah massal yg diadakan pesantren) bertanya kepada salah satu santri yang menjadi pengantin.” Apakah anda ikhlas dengan muslimah yang dijodohkan dengan Anda?”
”Siapapun jodoh yang dipilihkan ustadz untuk menjadi istri saya maka saya terima dengan ikhlas. Saya sepenuhnya yakin bahwa wanita yang masuk pesantren ini adalah muslimah yang baik-baik. Dan saya yakin bahwa dalam menentukan dan memilihkan jodoh itu, ustadz berdoa kepada Allah sehingga saya yakin mendapatkan yang terbaik bagi saya, keluarga saya dan agama saya dunia akherat...
Salah satu pergerakan Islam di Indonesia yang mempunyai banyak cabang pesantren ini mempunyai tradisi unik dengan menikahkan para santri-santrinya secara massal.
Pasangan-pasangan yg siap nikah akan didata kemudian akan di cocokkan secara random apakah fulan dan fulanah layak disatukan dalam bingkai rumah tangga. Yang menariknya calon mempelai tidak mengetahui secara pasti siapa calon pengantinnya sampai hari -1
Sang ustadz yang mempunyai hak prerogratif tidak sembarang memilihkan calon-calonnya. Bahkan biasanya jajaran asatidzah akan melakukan shalat istikharah terlebih dahulu.
Sebelum acara akad para mempelai dikarantina dan diwajibkan mengikuti kegiatan pembekalan calon pengantin. Pembekalan ini adalah pemberian pengetahuan, keilmuan, nasehat dan pengalaman dari para ustadz tentang kiat mengarungi bahtera keluarga..
Detak jantung hari-hari calon mempelai semakin menjadi, bahkan santriwati kadang tidak bisa tidur memikirkan siapa calon arjunanya. Pun sama dengan sang pria... merekapun mempersiapkan mental untuk memulai istikharah dan siap menerima segala kelebihan dan kekurangannya.
Pernikahan ini tidak hanya khusus santri saja, para kader-kader dari luar pesantre yang yg siap berumah tangga akan dicarikan pasangan cocok.
Ada sebuah kisah menarik yang saya dengar langsung dari pelaku nikah Mubarakah ini.
Pak Warno namanya, dia mempunyai jiwa berislam yg luar biasa. Pria yang berasal dari jawa timur ini mengaku ditawari nikah Mubarakah di surabaya, tapi dengan syarat siap ditugaskan dimanapun.
Beliau sempat minder karena hanya lulusan SMP (wallahu a'lam, entah SMU atau SMP.. kuping saya agak budek waktu itu karena ngomong diatas motor). Dan belum bisa membaca al-quran dengan lancar.. (seingat saya masih iqra' 5 atau 6)
Ketika dia hendak dinikahkan tidak tahu persis siapa calon istrinya, cuma dia haqqul yaqin pesantren tidak mungkin memberinya sembarang orang.. bahwa wanita yang dipilih untuknya insya Allah wanita yang sesuai dengan visi misi lembaga ini.
Dan pernikahanpun terjadi, betapa kaget dan bersyukurnya beliau ternyata istrinya jebolan Sarjana dan pinter mengaji.
Tapi sebagaimana dijelaskan konsekuensi pernikahan ini adalah harus siap ditugaskan ke beberapa daerah.
Betul... tidak sempat menikmati bulan madu, beberapa minggu pengantin baru ini ditugaskan ke kota Tegal. Kota yang sama sekali belum terjamah oleh mereka, bahkan sama sekali tidak punya kenalan teman atau keluarga.
Mereka hanya dibekali biaya transportasi dan puluhan majalah serta alamat seseorang. Berangkatlah mereka, menuju alamat itu. Setelah sampai bukannya enak hati, tapi rasa sungkan karena disana dia harus tinggal dirumah orang.
Akhirnya dia memutuskan mencari kontrakan super murah, dan melakukan pendekatan (silaturrahmi) ke masyarakat sambil menawarkan majalah.
Mengetuk rumah ke rumah berbekal majalah itulah, dia menjelaskan misi-misinya ingin mendirikan lembaga Islam tk, sd atau pesantren.
Dia menyadari betapa manisnya perjuangan itu, berkali-kali diusir dari kontrakan. Pindah satu tempat ke tempat lainnya...
Yang lebih saya merinding dan hampir berkaca-kaca ketika beliau bersama istrinya yang sedang hamil melakukan dakwah dan silaturrahmi terjadi kontaksi diperjalanan. Hingga terpaksa istrinya melahirkan di poskamling...
Kini pak Warno ini sudah membuka lembaga Islam di tegal dari TK, SD, SMP-SMP (wallahu a'lam sudah jadi atau belum) dan mempunyai pesantren..
Mungkin kalian akan bertanya itu pak Warno g bisa ngaji, gimana mau ngajari santrinya? Modal semangat doank tanpa ilmu..
Tenang saudaraku... berapa sih gajinya jebolan Madinah, atau LIPIA? mereka bisa gaji kalian :) walaupun mereka bodoh tapi bisa mengkaryakan orang berilmu...
Banyak cerita tentang nikah mubarokah ini yang baru seminggu ada yang ditugakan ke medan, paser, irian jaya...
Insya allah kalau ada waktu kita tulis, kebetulan bukunya nganggur daripada jamuran... ini penampakan buku kisah pernikahan itu :)
Comments
Post a Comment