Toleransi Salafi Wahabi dengan WNI Keturunan, Keren Soub Nggak Seekstrim yg Kita Kira
Khong Liang Wa Kawan dari Ikhwan Salafi Yusuf Al Kalisaty |
Saya biasa memanggilnya Wan Wan. Dia beragama Nasrani.
Rumah kami berdekatan, hanya selisih satu rumah saja.
Wan Wan adalah seorang pengusaha toko berbagai kebutuhan pokok, meneruskan usaha orangtuanya. Usahanya cukup maju dan terkenal di daerah Kalisat dan sekitarnya karena harga barangnya yang murah dan lengkap.
Saya dan Wan Wan seumuran, berteman sejak kecil, bermain bersama sejak usia balita, sehingga kami sudah sangat akrab.
Orangtua kami juga berhubungan baik sejak dulu.
Hampir setiap hari kami belanja di tokonya, dan bila ada keluarga Wan Wan yang sakit, selalu berobat ke ibu saya (ibu saya pensiunan mantri kesehatan).
Istri saya selalu tilik (menjenguk) bayi ketika anak-anak Wan Wan lahir, begitu pula istri Wan Wan selalu melakukan hal yang sama ketika anak-anak saya lahir.
Keluarga kami juga saling memberi makanan satu sama lain.
Dan saya, bila butuh banyak uang pecahan, pasti Wan Wan tempat saya menukar uang.
Masih banyak lagi interaksi yang telah terjalin, tentu tidak bisa bila harus disebutkan semuanya.
Baiklah, di atas tadi adalah intermezo, berikut inti dari ulasan ini.
Setiap natal, pasti Wan Wan merayakan natal. Namun walaupun saya sudah sangat akrab sejak puluhan tahun silam, saya tidak pernah mengucapkan selamat natal kepadanya. Wan Wan pun tidak tersinggung dan dia juga tidak pernah bertanya ataupun meminta saya untuk mengucapkan selamat natal. Wan Wan menyadari dan memahami sepenuhnya, bahwa hubungan yang baik antara saya yang muslim dengan dia yang nasrani, tidaklah dibatasi oleh ucapan selamat natal saja. Masih banyak cara lain yang bisa dilakukan dalam mewujudkan hubungan yang baik, seperti yang telah saya sebutkan di atas.
Saya berjenggot, istri saya bercadar, namun dia dan keluarganya tidak pernah terpengaruh isu bahwa jenggot dan cadar adalah ciri teroris. Dia dan keluarganya tetap merasa aman dan yakin 100% bahwa kami adalah orang baik, walhamdulillah. Sekali lagi, walaupun kami tidak pernah mengucapkan selamat natal.
Jadi, mari kita luaskan persepsi kita dalam berinteraksi dengan umat agama lain, jangan terpaku dengan persepsi yang sempit.
Kalau tidak seperti itu, maka tidak bisa. Kalau tidak pakai cara itu, maka tidak ada cara lain. Jangan begitu.
Masih banyak cara yang diperbolehkan syariat dalam berhubungan dengan non-muslim, namun bila hal itu kaitannya dengan aqidah, maka prinsip kita jelas, lakum diynukum wa liyadiyn, bagi anda agama anda dan bagi saya agama saya.
Tinggal bagaimana kita memaksimalkan itu semua, semoga Allah memudahkan.
Toleransi itu membiarkan dan mempersilahkan, cukup membiarkan dan mempersilahkan, bukan ikut-ikutan.
Wan Wan, dia teman saya dan dalam hal ini dia berpikiran luas dan bijak.
This is Wan Wan, be like Wan Wan.
By: Yusuf Al Kalisatiy
Comments
Post a Comment